Kisah Hilangnya Bola Bagas
Kisah Hilangnya Bola Bagas
Di sebuah perumahan, tinggalah beberapa anak yang saling
bersahabat. Mereka adalah Bagas, Akhsan, Ahmad, Naufal, dan Dhani. Mereka masih
duduk di Sekolah Dasar. Rata-rata umur mereka adalah 11 tahun. Mereka semua memiliki
hobi yang sama, yaitu bermain sepak bola di lapangan perumahan. Walau mereka
bersekolah di sekolah yang berbeda-beda, mereka tetap meluangkan waktu untuk
bermain sepak bola bersama setiap sore hari.
Setiap bermain sepak bola, mereka menggunakan bola milik
Bagas karena bola Bagas mempunyai kualitas terbaik diantara bola mereka. Bola
Bagas juga memiliki harga yang mahal. Hal tersebut dikarenakan Bagas
menggunakan bola tersebut untuk berlatih sepak bola Bersama tim nya. Bagas
harus berlatih dengan serius, agar bisa menjuarai pertandingan-pertandingan
sepak bola.
Pada suatu hari, mereka semua sedang asik bermain bola.
Tiba-tiba, Bagas dijemput pulang karena ada acara keluarga. “Teman-teman, aku
pamit dulu, mau ada acara nih. Bolanya tetap aku tinggalin biar kalian tetap
bisa bermain. Jangan lupa dibalikin ke rumahku jika sudah selesai ya…” ucap
Bagas. Akhirnya, mereka bermain tanpa Bagas. Ketika langit sudah hampir gelap,
semua anak pulang ke rumah masing-masing kecuali Akhsan. Ia masih ingin bermain
bola. Namun tanpa disengaja, Akhsan menendang bola terlalu tinggi sehingga bola
Bagas tersangkut di pohon. “ADUH… bagaimana ini?” ucap Akhsan dengan penuh rasa
panik. Akhsan tidak bisa mengambil bolanya, karena terlalu tinggi. Karena
Akhsan bingung dan waktu sudah hampir malam, Akhsan pun memutuskan untuk pulang
tanpa bertanggung jawab.
Esokan harinya, Bagas menghampiri rumah Akhsan.
“Assalamualaikum Akhsan, bolaku dimana ya?” tanya Bagas. Setelah perkataan
Bagas itu, hati Akhsan berdetak dengan kencang. Ia khawatir ia akan dimarahi
dan dijauhi oleh Bagas jika memberi tahu Bagas bolanya tersangkut. Akhsan pun berbohong
kepada Bagas. “Waalaikumsalam, a…aku kemarin sudah balikin ke halaman rumah
kamu kok, memangnya tidak ada?” ucap Akhsan dengan tergesa-gesa. Bagas
menjelaskan bahwa dia telah mencari bolanya kemana-mana, namun tidak ada. Ia
juga telah menanyakan teman-teman yang lain, namun tidak ada yang tahu.
Akhirnya, Bagas pulang. Kemudian, Akhsan merasa tidak enak terhadap Bagas.
Dengan rasa berani, Akhsan mengejar Bagas untuk mengakui kesalahan. Namun dari
kejauhan, Akhsan melihat orang tua Bagas. “OH TIDAK! Ada orang tua Bagas,” ucap
Akhsan dalam hati. Rasa berani Akhsan pun hilang sekejap. Ia takut dimarahi. Akhsan
pun segera berlari pulang.
Esokan harinya adalah Hari Minggu, hari dimana Bagas
berlatih sepak bola. Bagas terpaksa berlatih tanpa bola, karena hilang. Setelah
Bagas berlatih, Akhsan menghampiri Bagas untuk meminta maaf dan mengakui
kesalahan. “Bagas, maafin aku ya… sebenernya bola kamu tidak hilang. Aku tidak
sengaja menyangkutkan bolamu di pohon. Aku ingin mengambilnya, namun aku tidak
bisa.” Kata Akhsan. “Ohh, jadi itu kamu. Lalu kamu kemarin kenapa bohong ke
aku?” balas Bagas. “Aku takut dimarahi dan dijauhi oleh kamu,” jawab Akhsan. Kemudian,
Bagas menjelaskan bahwa ia tidak akan marah jika bolanya menyangkut di pohon.
Justru, ia lebih marah jika Akhsan berbohong. Lalu, Akhsan meminta maaf kepada
Bagas. Akhsan meminta bantuan ayahnya untuk mengambil bola Bagas. Akhsan tau
bahwa ia akan dimarahi ayahnya, namun mau tidak mau ia harus menerima
konsekuensinya. Akhirnya, bola Bagas pun Kembali di tangan Bagas.
Setelah kejadian tersebut, Akhsan pun sadar. Ia sadar bahwa berbohong
tidak menyelesaikan masalah. Dengan berbohong, masalah akan semakin memburuk
dan semakin panjang. Akhsan berjanji kepada temannya dan kepada dirinya sendiri
untuk tidak bohong lagi. Kalaupun Akhsan melakukan kesalahan yang tidak
disengaja, ia harus bertanggung jawab dan menghadapi konsekuensinya.
Comments
Post a Comment